Bhayangkaraglobalnews.com – Aksi unjuk rasa yang berlangsung dari tanggal 25 hingga 28 Agustus 2025 terjadi di 107 titik di 32 provinsi di Indonesia. Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menyebutkan bahwa beberapa aksi berjalan damai, namun banyak juga yang berujung ricuh hingga mengakibatkan kerusakan dan korban jiwa.
Awalnya, para demonstran menuntut pembatalan kenaikan tunjangan, transparansi gaji DPR, dan penolakan RKUHAP. Namun, situasi memanas setelah seorang pengemudi ojek online terlindas oleh kendaraan polisi, yang kemudian memicu kemarahan publik dan memperluas skala demonstrasi.
Menurut Tito, kerusuhan yang menimbulkan perusakan dan pembakaran terjadi di beberapa wilayah, termasuk Sumatera Utara, DKI Jakarta, Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Barat. Akibatnya, fasilitas umum, kantor pemerintahan, dan aset negara mengalami kerusakan dengan total kerugian diperkirakan mencapai puluhan hingga ratusan miliar rupiah.
Kerusakan paling parah terjadi di Jakarta, di mana 22 halte Transjakarta dan MRT rusak. Total kerugian mencapai Rp3,3 miliar untuk MRT, Rp41,6 miliar untuk Transjakarta, dan Rp5,5 miliar untuk CCTV.
Di Makassar, gedung DPRD Provinsi Sulawesi Selatan dan DPRD Kota Makassar dibakar, menyebabkan tiga orang meninggal dan lima lainnya terluka. Sementara itu, di Surakarta, kantor Sekretariat DPRD Solo dibakar, dan di Surabaya, Gedung Grahadi serta 11 pos polisi rusak parah atau terbakar.
Perusakan juga terjadi di Kediri, di mana Gedung DPRD dijarah dan dibakar, dan di Mataram, Gedung DPRD juga dibakar dan barang-barang dijarah. Di Bandung, aset Rumah Dinas MPR dirusak, sementara di Semarang, Gedung DPRD Jawa Tengah dibakar massa.







